
Pagi itu, Dita berdiri di depan kedai kopi langganannya. Aromanya menggoda, musiknya nyaman, dan antrean barista selalu membuatnya merasa bagian dari komunitas “pecinta kopi kekinian”.
Sudah 2 tahun ini, setiap pagi sebelum berangkat kerja, Dita selalu membeli latte ukuran besar—Rp35.000 sekali beli. “Ah, cuma segelas kopi,” pikirnya setiap hari.
Sampai suatu sore, ketika ia ngobrol dengan temannya, Fina, tentang mimpi membeli rumah.
“Kalau kamu hemat uang kopi itu, dalam 5 tahun udah bisa buat DP rumah lho,” kata Fina sambil tersenyum.
Dita terdiam. Masa sih cuma karena kopi?
Hitung-Hitung Uang Kopi
Malamnya, Dita mengambil kalkulator.
- Harga kopi: Rp35.000 per hari.
- Sebulan: Rp35.000 × 30 = Rp1.050.000
- Setahun: Rp1.050.000 × 12 = Rp12.600.000
Dalam 5 tahun, itu berarti Rp63 juta, jumlah yang cukup untuk DP rumah tipe kecil di pinggiran kota atau cicilan awal apartemen studio.
Kopi vs Hunian: Mana yang Lebih Prioritas?
Dita mulai berpikir, kopi memang bikin mood bagus, tapi rumah memberi rasa aman. Kopi habis dalam 10 menit, rumah bisa ia nikmati puluhan tahun. Ia lalu membuat keputusan, tetap minum kopi tapi tidak setiap hari. Sisanya? Masuk ke rekening tabungan hunian.
Mengubah Kebiasaan Kecil Jadi Tabungan Besar
Dita mengurangi frekuensi beli kopi dari 7 kali seminggu menjadi 2 kali saja. Penghematan:
- 5 gelas kopi × Rp35.000 = Rp175.000/minggu
- Rp175.000 × 4 = Rp700.000/bulan
Uang itu langsung ia transfer ke rekening khusus. Dalam setahun, ia sudah mengumpulkan Rp8,4 juta. Kalau konsisten 5 tahun, ia bisa punya Rp42 juta, belum termasuk bunga atau hasil investasi.
Tips ala Dita untuk Mengatur Keuangan
- Tetap nikmati kopi, tapi dengan batasan
Tidak perlu ekstrem. Menghilangkan semua kesenangan bisa membuat kita stres.
2. Gunakan “rekening parkir”
Pisahkan tabungan hunian dari rekening utama agar tidak tergoda untuk membelanjakannya.
3. Gunakan uang kopi untuk investasi
Reksa dana pasar uang atau deposito bisa jadi pilihan.
Mindset yang Mengubah Segalanya
Awalnya, Dita takut hidupnya jadi membosankan tanpa kopi harian. Tapi ternyata, ia menemukan kebahagiaan baru setiap kali melihat saldo tabungan bertambah. Ada rasa puas yang tidak bisa dibeli dengan latte manapun.
Bukan Tentang Kopi, Tapi Tentang Pilihan
Kopi hanyalah contoh kecil dari banyak pengeluaran yang sering kita anggap remeh. Bagi orang lain, mungkin online shopping, delivery food, atau langganan streaming yang jarang dipakai.
Kuncinya adalah bertanya:
“Kalau aku kurangi ini, apa yang bisa aku dapatkan 5 tahun dari sekarang?”
Kisah Dita membuktikan bahwa masa depan finansial kita tidak selalu ditentukan oleh gaji besar, tapi oleh kebiasaan kecil yang konsisten. Jadi, kalau kamu masih membeli kopi setiap hari, coba pikirkan: mau pilih secangkir kenikmatan sesaat, atau hunian yang bisa kamu miliki seumur hidup?
Keduanya sah-sah saja, yang penting, sadar dengan konsekuensinya.